Minggu, 28 Februari 2010

Menuju-Mu

Saat ini aku terendap lara..
Tenggelam di dalam penyesalan..


Ketika semua seakan pergi..
Hempaskan aku di jalanMu..

Diatas kertas putih ini..
Ku goreskan hitamnya jiwa..
Bersama lautan dosa..
Tergambar jelas di satu sisi..

Sucikan jiwaku Tuhan..
Biarkanlah ku meraihMu..
Menembus dimensi waktu..
Kembali dijalanMu...


Surat Untuk Calon Suamiku Kelak

Assalamu'alaikum...... Kanda yang kuimpikan......


Bagaimana kabarmu hari ini, Kanda?
Sudahkah kau basuh wajahmu dengan sucinya air wudhu, yang membuat wajah bersahajamu diliputi cahaya? Sudahkah malam tadi kau habiskan sepertiganya dengan bermunajat kepada-Nya? Sudahkah kau bulatkan azzammu untuk istiqomah melangkah di jalan-Nya?

Kanda…
Tegakkan bahumu, sempurnakan semangatmu, penuhi dadamu dengan nama-Nya, jemputlah rizqimu dengan sungguh-sungguh. Aku mengantarmu dengan selempang doa yang tersampir di bahu angin. Semoga hari ini Allah melimpahkan keberkahan di setiap tarikan nafasmu. Penuhi pundi-pundi amalmu dengan kebaikan, jangan sisakan sedikitpun waktumu dalam kesia-siaan.

Kanda...
Malam nanti, aku kembali menunggumu dalam hening doa-doaku. Sandarkan hatimu pada-Nya, agar Ia memberimu kekuatan. Semoga esok hari, kau tak lagi ragu untuk segera menjemputku, menemani hari-harimu.

Siapapun engkau, di manapun berada, semoga Allah menjagamu, hingga tiba waktunya perjuangan panjangmu tak lagi sendiri. Maka, kukuhkanlah kembali semangatmu. Semoga esok hari, kau tak lagi ragu untuk hadir menjemputku.....


Wassalamu'alaikum........


_Adinda_






Nyanyian Langit.........


Aku termenung..
Dalam detik-detik penantian 
Yang mengantarkanku pada ambang pengharapan
Antara hitam dan putih..

Kala bintang jatuh itu datang..
Aku mengucap sebuah doa dan permohonan
Dan bukanlah sesuatu yang tak mungkin 
Keajaiban itu datang untukku
Semoga ini bukanlah sebatas jejak para pemimpi..

Wahai sang Raja Siang
Sudilah engkau memberikan pencerahan
Untuk setiap denyut dan hembusan..
Dalam menyelesaikan perjalanan yang mencemaskan..

Bersandarkan dinding angan-angan yang rapuh..
Aku terus mencoba merajut impian menjadi hidup..

Deru air yang menderas pun
Memberikan sebuah kepastian akan ini..
Diselimuti semilir angin yang berbisik..
Perasaan hatiku berakhir menjadi serpihan pagi..
Tak akan kubiarkan lagi diri ini terbawa irama kepedihan...

Jika Bermimpi Buruk

Jika BerMimpi Buruk

beberapa perkara yang diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang bermimpi buruk:

1. Meludah sedikit ke arah kirinya tiga kali

2. Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejelekan setan (membaca ta’awudz) sebanyak tiga kali

3. Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejelekan apa yang dilihatnya (dalam mimpi)

4. Memalingkan lambung/rusuknya ke arah yang berlainan dari arah semula

5. Tidak boleh diceritakannya kepada seorangpun

6. Hendaknya ia bangkit dari tempat tidurnya (untuk berwudhu) lalu mengerjakan shalat.


(Majmu’ Fatawa wa Rasa`il Fadhilatisy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, 1/327-330)

Untuk seseorang yang akan menjadi suamiku,


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Aku di sini...
Tetap menunggumu...
Walau hujan di luar sana tak kunjung reda...
Walau pelangi enggan muncul...
Walau inginku pergi dari tempat ini...
Namun aku sudah berjanji...
Aku akan tetap menunggumu di sini

Aku tak pernah bosan untuk menunggu kehadiranmu
Karena saat-saat menunggumu adalah saat-saat yang paling seru
Di mana aku berkutat dengan hal lain
Berjuang demi ‘izzah kaum muslimin
Berteriak menyuarakan pembebasan umat muslim
Pembebasan dari paham-paham busuk dan sistem kufur
Dan di sela-sela perjuanganku, masih kumenunggumu...

Ya Akhi,
Aku belum jera menanti dirimu...
Di mana pun engkau berada...
Allah pasti akan mempertemukan kita suatu hari nanti...
Kalau tidak di dunia, akan kujemput engkau di akhirat nanti...
Namun asa untuk segera bertemu denganmu tak akan pernah putus
Hingga nyawa ini ikut terputus...

Akhi fillah,
Ingatkah surat cinta yang kukirimkan padamu beberapa waktu yang lalu?
Ya, aku masih wanita itu...
Aku memang memilihmu karena engkau adalah pejuang Islam
Namun bukan berarti aku tak mencintai dirimu...
Aku sungguh mencintaimu...
Tapi maafkan aku karena engkau harus jadi nomor tiga...
Setelah Allah dan rasulNya
Engkau rela, kan?

Calon mujahidku,
Aku tak memintamu datang secepatnya
Walaupun aku tak bisa berbohong...
Merindukanmu adalah penyiksaan untukku...
Tapi aku memintamu untuk datang tepat pada waktunya...
Agar segalanya terasa lebih manis...
Untukmu...untukku...untuk keluarga yang akan kita bentuk...

Wahai jundullah,
Bila saat ini engkau belum bisa menemuiku karena harus berjuang
Membela agama Allah...menegakkan dinul haq...
Maka aku merelakan engkau terus berjuang
Aku akan tetap di sini menantimu dengan sabar dan setia...
Dan bila engkau harus mengorbankan jiwamu demi tegakknya kalimat Allah di bumi ini
Maka aku merelakan malam-malamku di dunia bersamamu...
Ditukar dengan pertemuan kita di syurga Allah (amin!)

Calon suamiku,
Wujudmu kini masih tertutup tabir....
Sifatmu masih menjadi misteri bagiku...
Tapi itu bukan masalah....
Karena aku yakin engkaulah yang terbaik...
Engkaulah yang meminjamkan tulang rusukmu padaku...
Maka...hati ini pasti akan mengenali dirimu...
Saat kita bertemu nanti....
Entah di mana....

Akhi fillah,
Datanglah saat engkau sudah siap
Mengarungi lika-liku kehidupan...
Denganku di sisimu...
Semoga Allah memudahkan urusan kita...

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته


أختك في الله
شفاء القلب الشهيدة
Sumber : Sheefa Colby's

Inspiring Story>> A Carrot, An Egg And A Cup of Coffee\

A young woman went to her mother and told her about her life and how things were so hard for her. She did not know how she was going to make it and wanted to give up. She was tired of fighting and struggling. It seemed as though just as one problem was solved, a new one arose.

Her mother took her to the kitchen. She filled three pots with water and placed each on a high fire. Soon the pots came to a boil.

In the first, she placed carrots, in the second she placed eggs, and in the last she placed ground coffee beans. She let them sit and boil, without saying a word.

In about twenty minutes she turned off the burners. She fished the carrots out and placed them in a bowl. She pulled the eggs out and placed them in a bowl. Then she ladled the coffee out and placed it in a bowl.

Turning to her daughter, she asked, "Tell me what you see."

Carrots, eggs, and coffee," she replied.

Her mother brought her closer and asked her to feel the carrots. She did, and noted that they were soft.

The mother then asked the daughter to take the egg and break it. After pulling off the shell, she observed the hard boiled egg.

Finally, the mother asked the daughter to sip the coffee.

The daughter smiled as she tasted its rich aroma.

The daughter then asked, "What does it mean, mother?"

Her mother explained that each of these objects had faced the same adversity: boiling water. Each reacted differently.

The carrot went in strong, hard, and unrelenting. However, after being subjected to the boiling water, it softened and became weak.

The egg had been fragile. Its thin outer shell had protected its liquid interior, but after sitting through the boiling water, its inside became hardened.

The ground coffee beans were unique, however. After they were in the boiling water, they had changed the water.

"Which are you?" she asked her daughter.

"When adversity knocks on your door, how do you respond? Are you a carrot, an egg or a coffee bean?"

Think of this: Which am I?

Am I the carrot that seems strong, but with pain and adversity do I wilt and become soft and lose my strength?

Am I the egg that starts with a malleable heart, but changes with the heat? Did I have a fluid spirit, ... but after a death, a breakup, a financial hardship or some other trial, have I become hardened and stiff? Does my shell look the same, but on the inside am I bitter and tough with a stiff spirit and a hardened heart?

Or am I like the coffee bean? The bean actually changes the hot water, the very circumstance that brings the pain. When the water gets hot, it releases the fragrance and flavor. If you are like the bean, when things are at their worst, you get better and change the situation around you.


When the hour is the darkest and trials are their greatest, do you elevate yourself to another level? How do you handle adversity?

Are you a carrot, an egg or a coffee bean?

The happiest of people don't necessarily have the best of everything; they just make the most of everything that comes along their way. The brightest future will always be based on a forgotten past; you can't go forward in life until you let go of your past failures and heartaches.

When you were born, you were crying and everyone around you was smiling. Live your life so at the end, you're the one who is smiling and everyone around you is crying.

You might want to send this message to those people who mean something to you (I JUST DID); to those who have touched your life in one way or another; to those who make you smile when you really need it; to those who make you see the brighter side of things when you are really down; to those whose friendship you appreciate; to those who are so meaningful in your life.

It's easier to build a child than to repair an adult...

This is so true - May we all be COFFEE!




iloveAllaah.com

Tidak ada di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang pencinta…

Tidak ada di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang pencinta…
Meskipun ia merasakan manisnya cinta…
Kamu lihat dia menangis di setiap waktu…
Karena takut berpisah atau karena rindu…


Ia menangis karena rindu akan jauhnya sang kekasih…
Namun, bila kekasihnya dekat…
Ia menangis karena takut berpisah…


Matanya selalu menghangat ketika terjadi perpisahan…
Matanya pun berkaca-kaca ketika pertemuan itu tiba…
Pelakunya memang merasakan kenikmatan…
Namun, sebenarnya…
Kasmaran itu merupakan siksa yang paling besar di hati…


[ lihat dalam: كتاب الجواب الكافي لمن سأل عن الدواء الشافي , karya محمد بن أبي بكر أيوب الزرعي أبو عبد الله
(masyhur dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah), hal. 151 ]


*copas>Arbie Ruswandono*